Jumat, 17 Juni 2011

SEJARAH DAN DINAMIKA KE-PECINTA ALAMAN


SEJARAH DAN DINAMIKA KEPENCINTA ALAMAN

P
engertian Sejarah : kejadian pada masa lampau yang kemungkinan dijadikan sebagai dasar pada masa-masa yang akan datang (patokan)
Mendaki gunung bukan olah raga biasa. Setidaknya setiap pendaki gunung harus cukup kuat mentalnya, harus mempunyai keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi.
Hal ini karena tantangan yang dihadapi mempunyai kualitas tersendiri. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri sendiri dalam  bersekutu dengan alam. Keberhasilan suatu Pendakian yang sukar berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan diri sendiri.
Sejak dua abad lalu, kegiatan mendaki gunung mulai dikenal dan digemari oleh manusia. Dimulai sejak manusia harus melintasi bukit-bukit atau pegunungan baik semasa peperangan maupun ketika melakukan tuntutan kehidupannya. Seperti yang dilakukan oleh Hanibal yaitu seorang panglima kerajaan KARTAGO atas pegunungan Alpen.
Atau petualangan yang dilakukan oleh Jenghis Khan yang melintasi pegunungan Karakorum dan Kaokasus untuk menuju Asia Tengah.
Dalam bentuknya yang sekarang ini, Pendakian gemilang untuk pertama kalinya terjadi pada tahun 1786, ketika Dr. Paccard dan seorang pemandu Balmant berhasil mencapai puncak Mount Blanc dengan ketinggian 4807 MDPL yang tujuannya sebagai pengamatan ilmiah.
Pada babak-babak berikutnya puncak-puncak pegunungan  Alpen mulai di jajaki oleh penggemar olah raga mendaki gunung. Dan semakin popular setelah sir Alfred Willis beserta kawan-kawannya pada tahun  1854 berhasil mencapai puncak Watterhorn dengan ketinggian 3708 MDPL. Pendakian tersebut abad ALPINISME dan merupakan cikal bakal terbentuknya perkumpulan pendaki gunung. Dan team perkumpulan pendaki gunung tertua di dunia sampai sekarang ini adalah BRITISH ALPINE CLUB pada tahun 1857.
Kemudian Edward Whumper yaitu seorang pelukis Inggris memimpin Pendakian ke Matterhorn dengan ketinggian 4478 MDPL pada tahun 1865 pendakian tersebut dimaksudkan untuk membuat lukisan pegunungan Alpen. Tetapi tragis ketika mereka turun setelah keberhasilannya, tali pengaman putus sehingga merenggut 4 nyawa dari 7 anggota kelompoknya.
Setelah Pendakian yang penuh tragedy itu, mulailah para pendaki gunung mencoba mencapai puncak-puncak lainnya.
Ketika puncak-puncak pegunungan Alpen sudah sering di daki, pada pendaki mulai mencari puncak lainnya. Dan mengalihkan pi lihan pada daerah pegunungan Himalaya.
Pada tahun 1950 sekelompok pendaki gunung Negara Perancis berhasil mencapai puncak Wanapurna I dengan ketinggian 8078 MDPL. Prestasi ini mendorong minat Kolonel John Hunt untuk memimpin Ekspedisi mencapai Puncak Mount Everest dengan ketinggian 8848 MDPL. Sedangkan puncak gunung tertinggi di dunia ditemukan oleh sir Andrew pada tahun 1852. Beliau mengambil nama Mount Everest untuk menghormati gurunya yang bernama sir George Everest.
Setelah mengalami beberapa kali pengalaman yang mengakibatkan kegagalan, akhirnya puncak Mount Everest dapat dicapai oleh Edmund Hillary dari Selandia Baru bersama dengan bendera Inggris, Nepal dan PBB bersama pemandu dari Nepal, yaitu Tenzing Norgay pada tanggal 29 Mei 1953.
Di Indonesia pada tahun 1909-1911 suatu ekspedisi persatuan ahli burung-burung dari negara Inggris mencoba menembus rimba Irian dari arah selatan menuju gugusan Pegunungan Salju Jaya Wijaya. Mereka tinggal selama 16 bulan, tetapi kembali dengan kegagalan.
Pada tahun berikutnya (1912) ekspedisi Van Der Pie mengambil arah dari sebelah timur dan juga mengalami kegagalan.
Pada tahun yang sama, 1912 Dr. Walaston dengan jalur utara lembah Itakwa mencapai ketinggian 3000 MDPL namun belum berhasil mencapai puncak CARZTEN PYRAMIDE.
Ekspedisi berikutnya lebih berhasil dibawah pimpinan Dr. A. H. Colijjin mencapai puncak NGGA PULU dengan ketinggian 4862 MDPL dengan jalur medan di dinding utara Gletser Puncak Jaya Wijaya pada tahun 1963.
Pendakian itu membuka lembaran baru Sejarah Pendakian di Indonesia, tetapi lama setelah itu, ekspedisi dari Selandian Baru, dibawah pimpinan Henrich Harren pada tahun 1962 berhasil mencapai puncak bersalju CARTENZ PYRAMID dengan ketinggian 4884 MDPL.
Pada tanggal 1 Maret 1964, Sugirin, Soedarto dan Fred Athagoe bersama Tazuke dan kawan-kawannya dari Jepang, yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih berhasil mencapai puncak NGGA PULU yang kemudian di beri nama PUNCAK SUKARNO letaknya di daerah tengah pegunungan Jaya Wijaya.
Awal mula tumbuhnya kepencinta alaman di Indonesia dipengaruhi oleh pergerakan kepanduan yaitu berupa Agen Rahasia dan Kurir.
Dengan adanya Fase Orde Lama dan Orde Baru, kepanduan pecah akibat adanya pendapat yang Pro dan Kontra antara PRAMUKA dan WANADRI pada tahun 1964.
Di tahun yang sama pada bulan Mei di bandung WANADRI diresmikan sebagai Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung.
Dan MAPALA UI di JAKARTA pada penghujung tahun 1964 terbentuk dan diresmikan sebagai wadah Mahasiswa Pencinta Alam Unipersitan Indonesia.
Sedangkan di wilayah Sulawesi Selatan pada tahun 70-an berdiri sebuah organisasi kepencinta alaman dan pendaki gunung yaitu Libra Double Cross sebagai wadah Pencinta Alam tertua di Sulawesi Selatan.
Pada tahun 70-an kegiatan kepencinta alaman mulai berkembang mulai dari ekspeisi dan lain sebagainya dan secara serempak kemudian bermunculan perkumpulan yang lainnya yang serupa di berbagai kota di bumi Indonesia.
Pada tahun 1974 diadakan Gladian kepencinta alaman se Indonesia di Ujung Pandang yang menghasilkan kesepakatan bersama yaitu Kode Etik Pencinta Alam se-Indonesia yang dicetuskan di Pulau Kayangan Sulawesi Selatan. Sekarang Makassar.
Pada akhir tahun 1974 pemerintah Sulawesi Selatan ingin menghimpun seluruh organisasi Pencinta Alam pada waktu itu, menjadi HIPALA oleh Andi Baso Amri. Karna dianggap pada waktu itu Pencinta Alam mempunyai Skill yang mapan dan massa yang banyak namum pada saat itupun gagal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar